Kamis, 15 Desember 2016

perjuangan APRA



                                           APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)



A.      Latar Belakang Masalah
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling sebagai pimpinannya pada tahun 1949. Gerakan ini muncul pada Januari 1950 di Jawa Barat. Gerakan ini memanfaatkan kepercayaan rakyat akan datangnya Ratu Adil. Tujuan gerakan ini sebagai berikut :
1)      Tetap berdirinya negara Pasundan
2)      APRA sebagai Tentara Negara Pasundan
Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA dengan bersenjata lengkap menyerbu Kota Bandung dan secara ganas membunuh TNI yang dijumpai. Gerakan ini berhasil menduduki markas Divisi Siliwangi. Pemerintah RIS segera mengerimkan RIS Pasukan bantuan ke Bandung. Pasukan ini mendesak APRA agar segera meninggalkan kota Bandung. Pasukan Gabungan tentara RIS dan penduduk berhasil melumpuhkan APRA. Pada tanggal 22 Februari 1950, Wesrterling berhasil melarikan diri ke Luar Negri.
B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah pokok yang dibahas dalam makalah ini adalah Apa saja pemberontakan yang terjadi ketika RIS terbentuk? Dan Apa saja tujuan mereka melakukan pemberontakan?
C.      Identifikasi Masalah
Didalam pembuatan makalah ini penyusun menentukan identifikasi masalah sebagai berikut:
1.         Apakah maksud tujuan mereka sehingga melakukan pemberontakan?
2.         Apakah upaya yang dilakukan untuk melakukan pertahanan ?
3.         Apakah penyebab Konflik pemberontakan APRA ?
   

BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Gerakan angkatan Perang Ratu Adil (APRA) Pada bulan Januari 1950 di Jawa Barat muncul gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin oleh mantan Kapten Raymond Westerling dalam dinas tentara kerajaan Belanda (KNIL). Gerakan ini memanfaatkan kepercayaan rakyat akan datangnya Ratu Adil. Westerling memahami penderitaan rakyat Indonesia selama masa penjajahan Belanda dan Jepang yang mendambakan adanya kemakmuran seperti yang terdapat dalam Ramalan Jayabaya. Menurut ramalan tersebut akan datang seorang pemimpin yang disebut Ratu Adil yang akan memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga rakyat menjadi makmur dan sejahtera.
    B. Adapun tujuan sebenarnya dari gerakan APRA adalah :
1.) Tetap berdirinya Negara Pasundan
2.) APRA sebagai tentara Negara Pasundan Hal tersebut bertentangan dengan hasil konferensi Antar Indonesia dimana Angkatan Perang Nasional adalah APRIS. Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA yang bersenjata lengkap menyerbu kota Bandung dan secara membabi buta membunuh anggota TNI yang dijumpai. Gerakan tersebut berhasil menduduki Markas Divisi Siliwangi setelah membunuh hampir seluruh anggota regu jaga termasuk Letnan Kolonel Lembong. Banyak penduduk yang menjadi korban. Pemerintah segera mengirim pasukan bantuan ke Bandung. Sementara di Jakarta segera diadakan perundingan antara Perdana Mentri RIS dengan Komisaris Tinggi Belanda. Di Bandung Kepala Staf Divisi Siliwangi Letnan Kolonel Eri Sudewo menemui Panglima Divisi C tentara Belanda, Mayor Jendral Engels (Komandan Tentara Belanda) dan hasilnya Mayor Jendral Engels mendesak agar APRA segera meninggalkan kota Bandung. Setelah meninggalkan kota Bandung gerombolan APRA menyebar ke berbagai tempat dan terus dikejar oleh tentara APRIS dan dengan bantuan penduduk gerombolan tersebut berhasil dilumpuhkan. Gerakan APRA juga diarahkan ke Jakarta. Westerling bekerja sama dengan Sultan Hamid II yang menjadi menteri Negara dalam kabinet RIS. Mereka akan menyerang gedung tempat berlangsungnya sidang kabinet dan merencanakan akan membunuh Menteri Pertahanan yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, Sekertaris Jendral Kementrian Pertahanan yaitu Mr. Ali Budiardjo.
C. Upaya Perlawanan yang dilakukan terhadap Pemberontakan APRA.
Ketika terjadi pemberontakan APRA tidak dilakukan perlawanan yang berarti, hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Pertama, karena serangan dilakukan dengan sangat tiba-tia, pembalasan tembakan pun tidak dilakukan karena orang-orang APRA bercampur dengan orang KNIL dan KL. Sedangkan mengenai latar belakang aksinya, diduga keras bahwa APRA ingin mendukung berdirinya negara Pasundan, supaya negara ini bisa berdiri tanpa gangguan TNI dan menggunakan APRA sebagai angkatan perangnya.
Secara umum boleh pasukan Divisi Siliwangi TNI tidak siap karena baru saja memasuki Kota Bandung setelah perjanjian KMB. Panglima Siliwangi Kolonel Sadikin dan Gubernur Jawa Barat Sewaka  pada saat kejadian  sedang mengadakan peninjauan ke Kota Subang.  Sementara di  Jakarta  pada pukul 11.00 bertempat di kantor Perdana Mentri RIS diadakan perundingan antara Perdana Mentri RIS dan Komisaris Tinggi Kerajaan Belanda di Indonesia.  Terungkap adanya keterlibatan  tentara Belanda (diperkirakan sekitar 300 tentara Belanda berada di antara pasukan APRA)  dalam peristiwa di Bandung itu, maka diputuskan tindakan bersama.
Jendral Engels akhirnya memerintahkan pasukan APRA untuk kembali ke Batujajar, baik karena diperintah atasannya, maupun ancaman dari Divisi Siliwangi yang tidak menjamin keselamatan warga Belanda yang berjumlah ribuan di kota Bandung.  Pada hari itu juga pasukan APRA meninggalkan Kota Bandung.  Operasi penumpasan dan pengejaran terhadap gerombolan APRA yang sedang melakukan gerakan mundur segera dilakukan oleh TNI.  Sisa pasukan Wasterling di bawah pimpinan Van der Meulen yang bukan anggota KNIL Batujajar dan polisi yang menuju Jakarta,  pada  24 Januari 1950 dihancurkan Pasukan Siliwangi dalam pertempuran daerah Cipeuyeum dan sekitar Hutan Bakong dan dapat disita  beberapa truk dan pick up, tiga pucuk bren, 4 pucuk senjata ukuran 12,7 dan berpuluh karaben.
Pada 24 Januari 1950 tengah malam terjadi tembak-menembak di Kramatalaan No.29 Jakarta antara pauskan TNI dengan geromboan yang diduga adalah deseteurs (anggota tentara yang melarikan diri dari dinasi tentara).  Tembak-menembak tersebut berlangsung sampai 25 januari 1950 pagi.  Dalam penggerebekan pasukan kita berhasil merampas 30 pucuk owens-guns.
Di kota Bandung juga diadakan pembersihan dan penahanan terhadap mereka yang terlibat, termasuk beberapa orang tokoh Negara Pasundan.  Bagaimana dengan Wasterling? Setelah melarikan diri dari Bandung, Westerling masih melanjutkan petualangannya di Jakarta. la merencanakan suatu gerakan untuk menangkap semua Menteri RIS yang sedang menghadiri sidang kabinet, dan membunuh Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Mr. A. Budiardjo, dan Pejabat Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang.
Gerakan tersebut dapat digagalkan dan kemudian diketahui bahwa otaknya adalah Sultan Hamid II, yang juga menjadi anggota Kabinet RIS sebagai Menteri tanpa portofolio. Sultan Hamid II dapat segera ditangkap, sedangkan Westerling sempat melarikan diri ke luar negeri pada 22 Februari 1950 dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda. Dengan kaburnya Wasterling, maka gerakannya pun jadi bubar.

D. Penyebab Konflik
            Tentara Belanda : KNIL, merasa tidak setuju dengan pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat, yang saat itu masih berbentuk negara bagian Pasundan sehingga akhirnya terjadi pemberontakan.

E. korban
Saat upaya mengevakuasi Regiment Speciale Troepen  (RST), gabungan baret merah dan baret hijau telah terlambat untuk dilakukan. Dari beberapa bekas anak buahnya, Westerling mendengar mengenai rencana tersebut, dan sebelum deportasi pasukan RST ke Belanda dimulai, pada 23 Januari 1950, Westerling melancarkan kudetanya. Subuh pukul 4.30, Letnan Kolonel KNIL T. Cassa menelepon Jenderal Engles dan melaporkan: "Satu pasukan kuat APRA bergerak melalui Jalan Pos Besar menuju Bandung."
Westerling dan anak buahnya menembak mati setiap anggota TNI yang mereka temukan di jalan. 94 anggota TNI tewas dalam pembantaian tersebut, termasuk Letnan Kolone Lembong, sedangkan di pihak APRA, tak ada korban seorang pun.
Sementara Westerling memimpin penyerangan di Bandung, sejumlah anggota pasukan RST dipimpin oleh Sersan Meijer menuju Jakarta dengan maksud untuk menangkap Presiden Soekarno dan menduduki gedung-gedung pemerintahan. Namun dukungan dari pasukan KNIL lain dan Tentara Islam Indonesia (TII) yang diharapkan Westerling tidak muncul, sehingga serangan ke Jakarta gagal dilakukan.
Setelah puas melakukan pembantaian di Bandung, seluruh pasukan RST dan satuan-satuan yang mendukungnya kembali ke tangsi masing-masing. Westerling sendiri berangkat ke Jakarta, dan pada 24 Januari 1950 bertemu lagi dengan Sultan Hamid II di Hotel Des Indes. Hamid yang didampingi oleh sekretarisnya, dr. J. Kiers, melancarkan kritik pedas terhadap Westerling atas kegagalannya dan menyalahkan Westerling telah membuat kesalahan besar di Bandung. Tak ada perdebatan, dan sesaat kemudian Westerling pergi meninggalkan hotel.
Setelah itu terdengar berita bahwa Westerling merencanakan untuk mengulang tindakannya. Pada 25 Januari, Hatta menyampaikan kepada Hirschfeld, bahwa Westerling, didukung oleh RST dan Darul Islam, akan menyerbu Jakarta. Engles juga menerima laporan, bahwa Westerling melakukan konsolidasi para pengikutnya di Garut, salah satu basis Darul Islam waktu itu.
Aksi militer yang dilancarkan oleh Westerling bersama APRA yang antara lain terdiri dari pasukan elit tentara Belanda, menjadi berita utama media massa di seluruh dunia. Hugh Laming, koresponden Kantor Berita Reuters yang pertama melansir pada 23 Januari 1950 dengan berita yang sensasional. Osmar White, jurnalis Australia dari Melbourne Sun memberitakan di halaman muka: "Suatu krisis dengan skala internasional telah melanda Asia Tenggara." Duta Besar Belanda di Amerika Serikat, van Kleffens melaporkan bahwa di mata orang Amerika, Belanda secara licik sekali lagi telah mengelabui Indonesia, dan serangan di Bandung dilakukan oleh "de zwarte hand van Nederland" (tangan hitam dari Belanda).

1 komentar:

  1. The Star Grand at The Star Grand at The Star Gold Coast
    The Star Grand at The Star Gold Coast features luxurious accommodation, fine 전주 출장안마 dining, 부산광역 출장마사지 a wide 고양 출장샵 range of entertainment venues 대구광역 출장샵 and a wide range of  Rating: 9.2/10 순천 출장마사지 · ‎3,976 votes

    BalasHapus